<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d38414094\x26blogName\x3dBerpikir+Terbalik\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dLIGHT\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://mugi-subagyo.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://mugi-subagyo.blogspot.com/\x26vt\x3d7694684365753830515', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe", messageHandlersFilter: gapi.iframes.CROSS_ORIGIN_IFRAMES_FILTER, messageHandlers: { 'blogger-ping': function() {} } }); } }); </script>

22 June 2007


SPIDERMAN DAN JALAN HIDUPKU

Jauh sebelum “Spiderman” tayang di bioskop-bioskop 21, sudah ramai dibicarakan tentang tokoh pahlawan super berkemampuan laba-laba super pula; mungkin akibat gencarnya iklan yang dipromosikan berkelanjutan.

Menyaksikan film ini, tanpa sadar alam bawah sadar kita dibawa hanyut untuk ikut merasakan kepahlawanan sang “Jagoan”, hingga berfantasi; dalam khayal, kitalah yang menjadi jagoannya. Kita didoktrin untuk menjadi orang yang kuat, baik hati, berkemampuan super, pembela kebenaran. Benarkah kita perlu dan dapat mengimplementasikan dalam dunia nyata, atau setidaknya kekaguman kita pada tokoh-tokoh pahlawan super dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari?

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, mari kita cari tahu rahasia yang membuat kisah film menjadi menarik, seru, dahsyat, hingga mampu membuat penonton hanyut dalam khayal masing-masing. Apakah alur cerita? Kebesaran sang “Jagoan”? pengorbanan diri seorang Superhero atas kehidupannya?

Bukan! Dengan berpikir terbalik, maka kita tahu bahwa hal yang membuat itu semua menjadi dramatis, seru, menggetarkan, adalah adanya “Musuh”, musuh yang kuat.

Coba bayangkan! Jika seorang Spiderman, Superman, Batman atau siapapun yang memiliki kemampuan tinggi, memiliki musuh hanya seorang Preman Jalanan, atau Penodong, atau Pencopet? Saya yakin Anda akan kecewa keluar dari gedung bioskop, kecewa dengan ketidakberimbangan, kecewa karena terlalu mudah, tidak ada yang patut dibanggakan.

Musuhlah yang membuat cerita menjadi dahsyat, sedangkan hal lain menjadi bumbu pelengkap saja.

Nuansa antara Spiderman & Musuhnya

Gigitan kecil pada punggung tangan Peter Parker (diperankan Toby Mc guire) oleh laba-laba super hasil pengawinan silang, merubah DNA dari genetika pemuda yang “Cupu” (Culun Punya), menjadi seorang pemuda berbadan tegap, gempal, kuat serta memiliki indra tambahan berupa insting yang dapat mendeteksi peristiwa sesaat sebelum terjadi. Kemudian dari bawah telapak tangan, ia dapat mengeluarkan serat berpautan yang dapat digunakannya berayun, bahkan untuk senjata. Mampu merayap di dinding dan melompat jauh. Intinya, Peter Parker sang Spiderman, memperoleh semua itu dengan instan, hanya dalam semalam, gigitan hewan kecil tersebut, memberikan ia kemampuan super.

Lantas, musuh-musuh Spiderman, seperti Norman Osborn sebagai Green Goblin (Spiderman), Dr. Oct (Spiderman 2), Harry Osborn (Silver Goblin), adalah orang-orang yang awalnya memilik itikad baik, bermaksud menciptakan penemuan yang dapat digunakan untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Mereka memilik ambisi, ketekunan dan semangat dalam merengkuh apa yang dicita-citakan. Mulai dari menekuni ilmu pengetahuan hingga menguasainya, pencarian dukungan dana, eksperimen, bahkan menyediakan dirinya sebagai “kelinci percobaan” dari eksperimen yang dibuatnya.

Mereka tidak mencari orang lain, karena khawatir dapat membunuh orang lain bila percobaan tersebut gagal aplikasinya.

Niat baik, semangat dan ambisi orang-orang ini kemudian berubah menjadi bencana, akibat kecelakaan yang terjadi. Sebuah kecelakaan yang sebenarnya sudah mereka perhitungkan sebelumnya. Sebuah kemungkinan yang sangat kecil untuk gagal, namun justru terjadi dan fatal; sebuah spekulasi yang berani.

Mereka sadar, meski telah melakukan penelitian menahun, yang juga berarti kerja bertahun-tahun, masih ada kekuatan lain di luar diri sendiri, kekuatan yang sangat besar, kekuatan yang memberi penentuan atas niat dan kerja manusia, kekuatan yang mencipta dunia. Seperti diucapkan oleh Dr. Oct saat dikalahkan Spiderman. Ketika berhadapan, dia baru mengetahui bahwa Spiderman adalah Peter Parker, salah satu siswanya. Sambil menahan sakit, matanya memancarkan kekaguman, kemudian berucap “
Peter Parker, Brilliant but lazy (Peter Parker, si jenius yang malas)” tatapnya, “Bentuk ciptaanmu sempurna”.

Jalan Hidup

Kita bisa saja memilih menjadi seorang Spiderman. Tidak perlu niatan tertentu, rencana tersusun, atau ambisi untuk menjadi sukses, apalagi kemampuan mencipta. Kita tinggal mengalir saja apa adanya, sambil menunggu mukjizat, menunggu ada orang yang memberi pekerjaan, menunggu sukses datang sendiri, menunggu Tuhan memberikan kebahagiaan.

Atau menjadi seperti musuh-musuh Spiderman. Ini berarti Kita perlu menetapkan tujuan, mengatur rencana, melakukan, tekun dan berani mengambil keputusan. Satu hal yang tidak disadari oleh para penjahat ini adalah “Jiwa”. Efek samping dari ambisi yang berlebihan telah membuat jiwa mereka rusak, bahkan terbelah. Sehingga jiwa mereka dapat dikalahkan oleh nafsu badani, nafsu untuk melahap kekuatan, kekuasaan dan kejayaan. Mereka lupa bahwa Jiwa adalah sempurna, sedangkan badan hanyalah sementara. Mereka ingin memiliki segala hal untuk menikmati hidup, padahal kita telah diberi hidup, untuk menikmati segala hal.

Kesuksesan bukan semata-mata betapa keras otot dan betapa tajam otak kita, namun juga betapa lembut hati atau jiwa kita dalam menjalani sesuatu.

Untuk itu, bukankah lebih baik menjadi orang yang memakai waktunya, demi membuat sesuatu yang diidamkannya terjadi? Bukankah sebaiknya kita tinggalkan angan-angan yang selalu mengatakan: “Aku akan melakukan sesuatu jika keadaan berubah”? Bukankah lebih baik berhenti mengatakan: “Aku tidak punya waktu”? Sungguh! Kita tidak akan pernah mempunyai waktu untuk apapun, jika tidak meluangkannya, menciptakannya. Lakukan yang terbaik hari ini, jangan tunda sampai esok, karena esok belum tentu ada.

Jakarta, 21 Juni 2007
(Hari ini anak keduaku berulang tahun yang keempat, pagi tadi dia memakai kostum dan berperan sebagai Spiderman, dan memintaku menjadi musuhnya. Bahkan ia-pun tahu, jika Aku memilih menjadi Spiderman juga, maka tidak akan ada permainan)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home


Islamic Calendar Widgets by Alhabib



Kecantikan seseorang harus dilihat dari matanya, karena itulah pintu hatinya - tempat dimana cinta itu ada.